Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya. Saya bergabung dengan organisasi jurnalistik sekolah. Kami memiliki beberapa program kerja. Salah satunya adalah penerbitan majalah sekolah. Angkatan saya punya target untuk menerbitkan dua majalah setiap tahun. Satu edisi setiap akhir semester. Meskipun dua kali setahun, kami berusaha menampilkan yang terbaik dan tidak mengecewakan.
Januari lalu, majalah perdana angkatan kami terbit. Sebenarnya agak telat, karena ada masalah intern di percetakan. Jelas, hal ini menghambat dan membuat beberapa materi harus diganti. Saya sudah berpesan pada teman-teman untuk menyiapkan mental ketika majalah ini diedarkan. Maksudnya, agar tidak lantas down dan patah semangat untuk mengerjakan edisi selanjutnya. Hal tersebut sangat mungkin terjadi. Tapi, kami juga tidak menutup diri dari kritik saran yang membangun. Kami sangat membuka diri untuk itu.
Kamis sore, 28 Januari 2011. Seperti yang sudah dijadwalkan, saya sebagai Bagian Percetakan, ditemani Pimpinan Redaksi, Wakil Pimpinan Redaksi, dan Editor majalah Gladiool Magazine berangkat menuju percetakan yang tak jauh dari sekolah. Entah sudah keberapa kalinya saya bolak-balik percetakan. Sampai di meja resepsionis, saya mengucapkan kalimat yang seolah sudah menjadi password, "Mbak, mau ketemu Mas Totok atau Mas Jack ada?" dan si mbak pun menjawab, "Ya, masuk aja."
Saya masuk ke ruangan karyawan. Mbak-mbak yang tak lain adalah petugas administrasi percetakan tersenyum sambil menunjuk tumpukan majalah di sebelahnya. Melihat itu, rasanya saya ingin melompat, berteriak, mengeskpresikan kebahagiaan yang membuncah. Ah, saya benar-benar bersikap lebay saat itu. Kawan, butuh perjuangan yang amat sangat bagi kami untuk mewujudkan majalah serupa itu. Benar-benar perjuangan! Syukur tiada terkira ketika satu program kerja (proker) kami terlaksana. Sang petugas administrasi pun mesam-mesem melihat kelakuan empat remaja yang tak bisa menutupi kebahagian itu.
Usai membayar biaya percetakan dan mengucapkan terimaksih pada Mas Totok, pegawai percetakan yang telah membantu mempercantik layout majalah. Mas Jack, yang menawarkan kerja sama. Petugas administrasi yang sabar menerima SMS/telepon kami. Mbak Resepsionis yang menjawab password kami. Kami kembali ke sekolah membawa 425 eksemplar majalah dengan dua motor matic. (Saya sarankan lain kali pake tiga atau empat motor deh! Atau mobil sekalian.)
Di sekolah, kami berteriak kegirangan. Rasanya saya ingin mengabarkan pada siswa-siswi yang tersisa sore itu bahwa G-Magz akan terbit. Tapi, urung karena ini akan kami jadikan surprise Jum'at esok. Saya mengabarkan pada Presiden Sibema bahwa G-Magz benar-benar sudah jadi. Ya, berita ini menjadi suatu hiburan tersendiri bagi kami di tengah pusing memikirkan proker besar Sibema Cup. Saya juga mengabari Ketua MPK (Musyawarah Perwakilan Kelas) yang sudah sering mempertanyakan G-Magz. Dia langsung masuk ke markas kami SOS (Studio of Sibema) dan membaca G-Magz. Ketua OSIS juga ikut melihat majalah kami. Merekalah orang diluar Redaksi pertama yang melihat majalah kami. Dan komentar mereka, "Bagus!". Alhamdulillah! :)
Keesokan harinya, G-Magz dibagikan ke kelas-kelas di tiga angkatan. Jumlahnya belum memenuhi seluruh siswa memang, baru setengahnya. Tak apalah. Bahagia sekali rasanya melihat di setiap lorong Smansa anak-anak membaca G-Magz. Di kelas-kelas juga. Saya ingin tersenyum pokoknya. Banyak yang berkomentar serupa dengan Ketua OSIS dan MPK. Kami juga mendapat pujian dari kakak kelas. Alhamdulillah. Semoga kami tidak terlena dengan pujian itu.
Kami sempat mendapat kritikan dari kakak kelas, teman, bahkan guru. Kami terima dengan senang hati. Selama itu membangun, mengapa tidak? Akan kami jadikan bahan koreksi untuk G-Magz edisi kedua. Semoga majalah selanjutnya nanti bisa terbit tepat waktu, tidak menemui banyak hambatan, dan menjadi lebih baik. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar